Catatan Kecil Wisata Ke Belitung
Kamis, 11 Juli 2019 Edit
Catatan Kecil Wisata ke Belitung! Mengunjungi tanah kelahiran seorang penulis terkenal Indonesia bukanlah mimpiku sejak kecil. Aku hanya tahu beberapa destinasi wisata di sana hanya karena rajin membaca buku-buku yang ia tulis. Rasanya agak aneh juga, ya. Mencoba membayangkan kondisi sekolah rakyat satu-satunya yang paling murah pada zamannya dan mengkhayalkan indahnya pasir pantai di Belitung akhirnya menjadi kegiatan isengku beberapa waktu sebelum aku berhasil menjejakkan kaki ke pulau ini.
Ya akhirnya pada bulan Februari lalu aku akhirnya dapat mengunjungi bersama rombongan teman-teman dari Bogor. Dengan bekerja sama dengan salah satu travel wisata kami berangkat ke Belitung pagi-pagi. Kami berangkat sekitar pukul lima pagi. Tujuan utamanya tentu saja bandar udara internasional Jakarta Soekarno-Hatta. Dengan menggunakan salah satu maskapai yang melayani penerbangan domestik kami tiba di Belitung senja hari. Kedatangan kami ke pulau indah tersebut disambut hujan deras.
Dua bus kecil yang hanya memuat dua puluh sampai dua puluh lima orang menjemput kami di bandara satu-satunya di pulau itu. Jalan raya begitu sepi ketika dua bus yang membawa rombongan kami menyusuri jalan-jalannya. Rencana awal untuk mengunjungi replika SD Muhammadiyah Gantong pun gagal lantaran kami tiba sore hari dan hujan. Pihak travel keberatan mengantarkan kami ke lokasi karena khawatir dengan keselamatan kami. Setidaknya itulah catatan kecil wisata ke Belitung pada hari pertama kedatangan kami.
Sebelum menuju hotel tempat kami akan menginap selama dua malam di pusat kota Belitung kami diajak mampir ke salah satu restoran guna mencicipi kuliner khasnya. Yaitu Mie Belitung. Selintas mie ini sama dengan mie lainnya di kota-kota lain di Indonesia. Bentuknya pun sama. Yang membedakannya adalah mie ini dimasak dengan bumbu khas yang hanya ada di Belitung. Mie ini disajikan bersama dengan kuahnya yang sangat kental dan beraroma khas pantai. Rasa kuahnya enak sekali. Gurih sekali. Mie ini disajikan di atas sebuah piring yang telah dilapisi daun yang lebarnya selebar telapak tangan orang dewasa.
Berikutnya catatan kecil wisata ke Belitung berisi tentang Kisahku dimana baru menjelang malam kami baru tiba di hotel. Setelah check in, kami berkesempatan untuk membersihkan diri dan beristirahat sejenak. Setelah itu kami makan malam di restoran yang ada di hotel. Jenis makanannya sangat beragam. Ada beberapa yang tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia. Sayang aku lupa namanya. Untuk semua buah-buahan yang disediakan pihak hotel semuanya sama dengan daerah lain di Indonesia. Maklumlah, Belitung mengimpor buah-buahan dan sayur-mayur dari daerah lain di Sumatera dan Jawa. Tanah Belitung kurang subur untuk pertanian. Jadi jangan berharap mendapatkan jenis buah-buahan khas daerah sini, ya.
Keesokan paginya setelah sarapan pagi dengan bubur ayam dan segelas susu kami berangkat menuju beberapa destinasi. Inilah catatan wisata ke Belitung yang paling aku suka. Perjalanan pagi ini diawali dengan tujuan pertama menuju sekolahnya Andrea Hirata. Sepanjang perjalanan kendaraan yang kami tumpangi tidak bertemu dengan kendaraan lain. Sepi sekali kondisi jalan saat itu. Di kiri dan kanan jalan kami hanya melihat tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon tidak produktif.
Selain itu, ada beberapa rumah penduduk yang letaknya berjauhan satu sama lain. Arsitektur rumah tersebut khas Melayu. Atapnya terbuat dari seng. Tidak ada rumah yang beratap genting. Dindingnya pun terbuat dari beberapa papan yang disusun sedemikian rupa. Ada juga rumah yang berdinding tembok. Tapi itu bisa dihitung jari.
Itulah pembahasan mengenai wisata ke Belitung. Semoga bermanfaat.
Ya akhirnya pada bulan Februari lalu aku akhirnya dapat mengunjungi bersama rombongan teman-teman dari Bogor. Dengan bekerja sama dengan salah satu travel wisata kami berangkat ke Belitung pagi-pagi. Kami berangkat sekitar pukul lima pagi. Tujuan utamanya tentu saja bandar udara internasional Jakarta Soekarno-Hatta. Dengan menggunakan salah satu maskapai yang melayani penerbangan domestik kami tiba di Belitung senja hari. Kedatangan kami ke pulau indah tersebut disambut hujan deras.
Dua bus kecil yang hanya memuat dua puluh sampai dua puluh lima orang menjemput kami di bandara satu-satunya di pulau itu. Jalan raya begitu sepi ketika dua bus yang membawa rombongan kami menyusuri jalan-jalannya. Rencana awal untuk mengunjungi replika SD Muhammadiyah Gantong pun gagal lantaran kami tiba sore hari dan hujan. Pihak travel keberatan mengantarkan kami ke lokasi karena khawatir dengan keselamatan kami. Setidaknya itulah catatan kecil wisata ke Belitung pada hari pertama kedatangan kami.
Selain itu, ada beberapa rumah penduduk yang letaknya berjauhan satu sama lain. Arsitektur rumah tersebut khas Melayu. Atapnya terbuat dari seng. Tidak ada rumah yang beratap genting. Dindingnya pun terbuat dari beberapa papan yang disusun sedemikian rupa. Ada juga rumah yang berdinding tembok. Tapi itu bisa dihitung jari.
Itulah pembahasan mengenai wisata ke Belitung. Semoga bermanfaat.
